Selamat Datang Peserta Dididk Baru di Sekolah Galuh Handayani Surabaya, Sekolahku Ramah Aman Nyaman Humanis Tanpa Diskriminasi

Selasa, 10 Juni 2014

Kartini Masa Kini

Hari ini, 21 April 2014, Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Kartini. Sudah menjadi kebiasaan jelang maupun setelah 21 April banyak digelar acara kartinianyang merupakan simbol peringatan lahirnya pejuang emansipasi perempuan, RA Kartini.

Murid taman kanak-kanak (TK) mengenakan kebaya dan mengikuti pawai. Bahkan, banyak instansi yang mewajibkan karyawatinya mengenakan kain panjang saat di kantor untuk kemudian mengikuti lomba fesyen. Lomba rias wajah, mengenakan sanggul, dan lainnya kerap kali digelar untuk memeriahkan acara. Bicara wanita masa kini di Surabaya, orang pasti mengingat Wali Kota Tri Rismaharini. Wali kota perempuan pertama di Kota Pahlawanini adalah satu dari sekian banyak perempuan dengan peran yang tidak bisa dipandang kecil.

Ada pula Sri Sedyaningrum, Iswachyu Dhaniarti, Ida Aju Brahmasari, Tatik Suryani, dan lainnya. Mendengar nama-nama tersebut, tidak semua orang tahu bahwa mereka memiliki peran penting sebagai orang nomor satu di lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sri Sedyaningrum mengelola Sekolah Galuh Handayani, penyelenggara pendidikan inklusif ”satu atap”, meliputi jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMA, dan college(setara D2), milik Yayasan Peningkatan Prestasi Siswa (YBPPS).

Iswachyu Dhaniarti merupakan Rektor Universitas Narotama. Ida Aju Brahmasari menjabat Rektor Universitas 17 Agustus 1945 dan Tatik Suryani selaku Ketua STIE Perbanas. Merekalah Kartini-Kartini masa kini yang tidak pernah henti mendidik generasi. Perlu waktu dan perjuangan ekstra keras bagi Sri Sedyaningrum mendirikan sekolah bagi anak berkebutuhan khusus. ”Awal sekolah ini berdiri pada 1995, waktu itu diawali kontrak rumah di Jalan Pucang,” kata Ningrum, sapaannya.

Sekolah Galuh Handayani mengkhususkan diri memberikan layanan pendidikan bagi anak lambat belajar (slow learner), yaitu anak yang memiliki kecerdasan intelektual di bawah rata-rata atau ber-IQ antara 80-99 (Alfred Binet). Anak lambat belajar lantaran mengalami kelainan tertentu, baik aspek fisik, mental, intelektual, emosi, dan sosial. Meski statusnya reguler (umum), oleh Dinas Pendidikan (Dindik) Surabaya diberikan izin menyelenggarakan pendidikan khusus anak lambat belajar yang cenderung terabaikan.

Padahal anak slow learnermempunyai problem dilematis dalam menentukan tempat di mana dia harus sekolah. Apabila disekolahkan di sekolah umum, ia mengalami kesulitan mengikuti pelajaran seperti teman-teman lainnya, bahkan sering mendapat ejekan. Sementara guru tidak mempunyai waktu memfokuskan diri untuk memperhatikan mereka. ”Akibatnya, anak slow learnerini sering tidak naik kelas dan drop out.

Sementara jika dimasukkan SLB, ia tidak optimal karena tidak ada kompetensi untuk memotivasi kemampuannya,” kata perempuan kelahiran Madiun, 14 April 1961 ini. Berangkat dari kondisi ini, Sekolah Galuh Handayani didirikan bertekad memberikan layanan pendidikan bagi anakanak lambat belajar. Selain itu, ikut mewujudkan wajib belajar dan ikut andil dalam meminimalkan angka putus sekolah.

Seiring waktu, Galuh Handayani tidak sebatas menerima anak slow learner, tapi juga anak normal dan anak-anak yang mengalami hambatan atau kelainan lainnya. Siswa bukan saja dari Surabaya, tapi kota lain bahkan luar Jawa. Pada 1995 menyelenggarakan pendidikan formal tingkat SD disusul pada 1996 pendidikan TK dan pada 1997 pendidikan formal tingkat SMP. Sementara pada 2001 mendirikan pendidikan formal tingkat SMA dan pada 2004 mendirikan collegesetara D2.

”Untuk memperjuangkan kepentingan pendidikan anakanak, Galuh Handayani terus berupaya agar keberadaan anak-anak menjadi bagian Sistem Pendidikan Nasional, sehingga layanan pendidikan yang diberikan sekolah memiliki payung hukum jelas,” kata Ningrum yang lulusan Early Chilhood Education and Care and Faculty of International Education Course Vancouver Island University, Canada. Upaya itu membuahkan hasil, Galuh Handayani berketetapan menyelenggarakan pendidikan inklusif dikuatkan SE Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor: 380/C.66/MN/2003 pada 20 Januari 2003 perihal pendidikan inklusif.

Lebih menggembirakan lagi, Galuh Handayani menjadi pelopor pendidikan inklusif di Indonesia. Dalam pembelajaran, anakanak sering diajak studi lapangan. Saat ke Kebun Binatang Surabaya (KBS) diperkenalkan satwa dan makanannya. Awalnya, ada anak menyebut kuda makan daging dan hewan yang besar itu pasti buas. Setelah diperkenalkan, mereka tahu. Kurikulum modifikasi diterapkan di sini dengan mengedepankan kearifan lokal. Di Surabaya ada pantai, tidak jarang anak-anak diajak ke pantai.

”Kami menekankan ke guru untuk membuat profil masing-masing siswa dengan dibantu psikolog. Observasi juga dilakukan. Anak-anak semacam ini jangan di-emohi, jangan dimarjinalkan,” kata Ningrum. Tidak kalah hebatnya, Rektor Universitas Narotama Rr Iswachyu Dhaniarti. Karena kegigihannya, perempuan yang karib disapa Yayuk ini sukses membangkitkan kampus di Jalan Arif Rahman Hakim yang nyaris tutup. Bagaimana tidak? Pada 1999, Universitas Narotama krisis.

Mahasiswa terus turun drastis dan perkuliahan hanya malam hari. Belum lagi banyak utang di bank. Bersama suaminya, HR Djoko Soemadijo, Yayuk membenahi kampus. Pada 2000, Universitas Narotama mampu membuka pascasarjana dengan Yayuk sebagai sekretaris dan suaminya bertindak sebagai rektor. Perlahan namun pasti Yayuk menata SDM yang ketika itu didominasi orang tua yang sulit diajak maju. Waktu terus berkembang, pada 2003 Ketua Bidang Dana Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) Jatim ini menerapkan ISO di lembaga pendidikannya. Ia ingin segala proses dan prosedur bisa diukur jelas.

”Saya katakan pada semua, kita jangan mimpi saja menjadi kampus terbaik. Kita harus bekerja keras merealisasikan mimpi. Dan itu tidak mudah menyatukan semua pihak dalam sebuah persepsi,” katanya. Universitas Narotama menjadi salah satu kampus yang diperhitungkan. Belum lama ini akreditasi institusi B dari BAN PT didapat. Capaian itu menjadi tonggak mendapatkan akreditasi A. Yayuk bukan saja sukses mengelola lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Perempuan kelahiran 21 Mei 1959 ini juga jago renang, menembak, dan berkuda.

Sepanjang 1975 hingga 1991, nama Iswachyu Dhaniarti cukup dikenal lantaran ratusan gelar juara kempomampu dia koleksi. Bukan saja skala Jatim, tapi juga nasional. Bahkan, runner upjuara dunia bela diri kempodi Tokyo, Jepang, pada 1980.

Dobrak Stikma

Tidak mudah perempuan menjadi pemimpin. Ini yang dikatakan psikolog Surabaya, Herlina Harsono Njoto. Perempuan pemimpin di berbagi profesi mengalami tantangan dalam pengembangan kariernya. Pertama tantangan yang dihadapi dari internal dalam perempuan itu sendiri. Tantangan eksternal dari keluarga atau organisasi tempatnya mengembangkan karier.

”Faktanya, perempuan pemimpin di berbagai profesi tidak sedikit yang meraih prestasi dalam berbagai profesinya. Perempuan pemimpin banyak yang meraih sukses di berbagai profesi, meskipun mengalami berbagai tantangan dan kendala, namun terus berperan,” kata alumni S2 Fakultas Psikologi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. Perempuan identik dengan menangis. Herlina mengingatkan seorang perempuan yang menjadi pemimpin jangan cengeng.

”Pemimpin perempuan harus memahami psikologi sosial, yakni psikologi yang dapat diterapkan dalam konteks keluarga, sekolah, teman, kantor, lingkungan, organisasi, dan lainnya,” kata Herlina yang anggota Komisi C DPRD Surabaya ini. Psikologi sosial, kata Herlina, bermanfaat untuk membantu praktik psikologi klinis, psikologi anak, psikologi industri dan organisasi, psikologi pendidikan, serta psikologi cabang terapan lainnya.

Sumber : http://www.koran-sindo.com/node/383607

Tidak ada komentar:

Posting Komentar