Rasa syukur tak terhingga yang ada dibenak saya ketika mendengar siswa-siswi kami menyanyikan lagu
Indonesia Raya. Bagaimana tidak? Suara merdu dari siswa-siswi yang luar biasa
mengingatkan bahwa saya telah memasuki “rumah belajar” yang tepat. Latar
belakang saya bukanlah Sarjana Pendidikan atau lulusan yang dicetak sebagai
tenaga pengajar. Tapi ternyata saya memasuki dunia pendidikan dengan modal
“insting membantu anak-anak menjadi pintar”. Sebuah idealisme dari mahasiswa fresh graduate.
Saya ingat betul saat langkah kaki pertama memasuki Sekolah
Galuh Handayani, yang pertama saya lihat adalah murid-murid yang sopan,ramah
dan tentunya suara riuh di halaman. Mereka memang tidak memanggil nama saya,
tetapi mereka menatap saya dan tersenyum yang merupakan simbol Selamat Datang
bagi orang baru. Yap!! Mereka murid-murid yang ramah..dan setelah sekian tahun saya
belajar di sekolah ini, saya menemukan jati diri saya dan secara tidak langsung
saya telah masuk di Sekolahnya Manusia (sebutan sekolah yang tepat dari
konsultan pendidikan : Munif Chatib). Tentunya Sekolahnya Manusia adalah tempat
yang tepat untuk manusia-manusia yang unggul.
Sekolah Galuh Handayani benar-benar berdasarkan pada filosofi
Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-beda tetapi tetap Satu jua). Sekolah ini siap
menerima siswa tanpa diskriminasi. Tidak memandang darimana suku dan ras siswa
berasal, bagaimana latar belakang orang tua, apa agama mereka, dan kami
memandang setiap anak memiliki keunikan tersendiri baik yang berkebutuhan
khusus atau tanpa berkebutuhan khusus. Sekolah ini memiliki program membangun
karakter siswa sesuai dengan budaya Indonesia yang tersohor ke seluruh dunia, tanpa meninggalkan informasi global
yang positif. Ketika di tempat lain siswa dituntut untuk mengejar angka di atas
rapor, maka tenaga pendidik di sini sibuk mencari mutiara berkilau dalam diri
anak-anak. Setiap pagi siswa harus mengikuti apel pagi (baris dengan tertib)
dan menyanyikan lagu Indonesia Raya serta mengikrarkan perdamaian dan menjaga
kebersihan lingkungan. Setelah itu siswa dibiasakan untuk antri masuk kelas dan
memberi salam pada guru satu-persatu. Hebatnya tidak ada siswa yang nyerobot dan mereka mampu berbaris
dengan rapi. Dan tentunya konsekuensi sebaga tenaga pendidik di sini harus konsisten menerapkannya
juga. Menerapkan di sekolah, di rumah dengan orang tua kita, istri/suami,
saudara kita, bahkan kepada anak kita juga. Di sinilah Sekolahnya Manusia Galuh
Handayani secara tidak langsung membangun “Multihabit Marketing”. Bukan hanya
budaya antri saja, tetapi juga menjaga kebersihan lingkungan, membuang sampah
pada tempatnya, tidak meludah sembarangan, meminta maaf jika salah, meminta
tolong,mengucapkan terima kasih, menyapa teman, tersenyum, rasa cinta tanah air
dan perilaku positif lainnya.
“Yeah..this
is the true school”. Dampak multihabit marketing ini luar biasa. Inilah yang
dicari manusia-manusia masa depan. Ketika saat ini sedang trend dengan
“membully dan dibully serta korupsi’, maka di sini kami belajar hidup jujur, toleransi dan saling menjaga. Dan
sekali lagi Sekolah ini bersama siwa-siswinya telah menularkan kepada kami untuk berkomitmen dengan budaya
jujur, toleransi, dan saling menjaga. Bayangkan jika sekolah mencetak
siswa dengan pribadi yang unggul, maka Indonesia tidak perlu khawatir untuk
mencari generi penerus bangsa yang siap “Memanusiakan
Manusia”. Saya yakin Multihabbit Marketing ini akan tumbuh besar menjadi POSITIVE GLOBAL
HABITUAL, inilah nilai dasar sebuah sekolah tempat belajar bagi kita yaitu
mengubah hal negatif menjadi hal positif.
Setiap warga sekolah memiliki eksistensi dan manfaat. Jika kami Sekolah Galuh
Handayani siap berpartisipasi aktif dalam menularkan perilaku baik pada
Indonesia dan dunia, kami juga mengajak anda untuk bergabung menjadi bagian
dari Multihabbit
Marketing untuk anak kita. Siapkah anda?
By : Dinda Dwi Handayani, S.Hum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar